Friday, October 23, 2015

Fikiran Diluar Batas

Selamat pagi, jika ditengok kembali puluhan tahun lalu. Tuhan menitipkan satu orang untuk ku perhatikan sekarang, kemarin, dan nanti. Bayi kecil lucu yang bahkan aku tak tahu lahir dimana, hingga akhirnya nama kita muncul di Koran se-Indonesia dalam pengumuman ujian masuk kuliah. Mendramatisir adalah kemampuan yang aku pelajari sejak kecil, mungkin kamu juga. Menangis sekeras mungkin setelah jatuh kecil agar diperhatikan oleh Ibu dan Ayah. Sekarang, tak perlu kan aku menangis sekeras dulu untuk mendapatkan perhatianmu? Selalu yang kupercaya, pertemuan dengan seseorang adalah persimpangan dalam perjalanan hidup. Dan bertemu kamu hari itu, membuatku memilih jalan lurus, bersamamu. Atau saat ini, dibelakangmu. Dan aku bersyukur mengenalmu.

Selamat pagi kamu, yang kutemui selepas maghrib di depan minimarket. Hari itu aku baru memahami bahwa memang ada tanda kebesaran Tuhan dalam pergantian siang dan malam. Dan dari hari itu, aku memutuskan untuk selalu mengingatmu. Keputusan yang gegabah dan terburu-buru, tanpa pikir panjang dan cenderung gila. Tapi untukmu, aku cenderung berfikir diluar batas. Dan karena itu, aku berhasil mengikutimu sejauh ini. Pendaki gunung selalu bilang puncak adalah pilihan dan rumah adalah kewajiban. Dan dalam perjalanan hidup, menjadikanmu rumah adalah hal yang patut diperjuangkan. Jangan khawatir, pendaki akan berhenti dan kembali turun hanya jika tau dia akan mati. Aku bersyukur mengenalmu.

Selamat siang kamu, yang duduk menunggu tamu datang dari jauh. Tak terasa kita berteman 3 bulan dari saat kita bertemu. Dengan baju seadanya dibungkus almamater, kamu jadi pusat semestaku hari itu. jangan bilang berlebihan, untukmu, aku cenderung berfikiran di luar batas. Jangan lupa itu. hari itu kutegaskan untuk jadi teman baikmu. Berusaha untuk selalu ada walau realisasinya ditutupi rasa takut dan malu. Tapi setidaknya ku coba untuk sekedar tau keadaanmu. Mulai saat itu, aku mengorbit padamu. Hingga akhirnya aku putuskan ingin memberitahumu lewat cara aneh yang kupelajari dari SMA, sulap. sulap adalah bentuk nyata dari abstraksi dunia. Memunculkan yang tidak ada, melakukan yang tidak mungkin. Tapi setiap pesulap punya pesan yang ingin disampaikan. Dan hari itu, aku rasa kita semua tau apa yang pesulap amatir itu ingin sampaikan. Aku bersyukur mengenalmu.

Selamat malam kamu, yang duduk lelah di kasur lelah dengan semua tugas akhir ini. Yang tak tahu ingin menulis apa dimana. Hidup ini persimpangan bukan? setiap orang yang kita temui, setiap momen yang kita alami. Kita yang memilih jalan ini hari ini, jalani saja dan lakukan yang terbaik. Tuhan tak pernah melihat usaha hambanya yang sungguh-sungguh bukan? Aku bicara seperti orang yang normal yang berfikir jernih tapi untukmu, aku cenderung berfikiran diluar batas. dan aku bersyukur mengenalmu.

Sekarang aku paham rasanya jadi Sapardi yang bikin puisi “aku ingin” dan “nokturno”. Begitu ingin cinta sederhana yang ternyata memang rumit. Depresi tapi tak berhenti dan menyerah. Tapi kamu tidak lupa kan, untukmu, aku cenderung berfikiran diluar batas. Jangan khawatir, aku masih dibelakangmu. Masih mengorbit padamu. Berusaha mengejar ketertinggalan sejauh apapun itu hingga tangan dapat menjangkau pundakmu. Terimakasih untukmu yang membuatku selama ini berjalan melampaui batasku sendiri. aku selalu berdoa untuk kesehatan dan kesuksesanmu, Selalu. Disetiap  detik rotasi, disetiap laju revolusi. Hingga semesta ini berhenti.

No comments:

Post a Comment