Selamat pagi, jika ditengok kembali puluhan tahun
lalu. Tuhan menitipkan satu orang untuk ku perhatikan sekarang, kemarin, dan
nanti. Bayi kecil lucu yang bahkan aku tak tahu lahir dimana, hingga akhirnya
nama kita muncul di Koran se-Indonesia dalam pengumuman ujian masuk kuliah.
Mendramatisir adalah kemampuan yang aku pelajari sejak kecil, mungkin kamu
juga. Menangis sekeras mungkin setelah jatuh kecil agar diperhatikan oleh Ibu
dan Ayah. Sekarang, tak perlu kan aku menangis sekeras dulu untuk mendapatkan
perhatianmu? Selalu yang kupercaya, pertemuan dengan seseorang adalah
persimpangan dalam perjalanan hidup. Dan bertemu kamu hari itu, membuatku
memilih jalan lurus, bersamamu. Atau saat ini, dibelakangmu. Dan aku bersyukur
mengenalmu.
Selamat pagi kamu, yang kutemui selepas maghrib di
depan minimarket. Hari itu aku baru memahami bahwa memang ada tanda kebesaran
Tuhan dalam pergantian siang dan malam. Dan dari hari itu, aku memutuskan untuk
selalu mengingatmu. Keputusan yang gegabah dan terburu-buru, tanpa pikir
panjang dan cenderung gila. Tapi untukmu, aku cenderung berfikir diluar batas.
Dan karena itu, aku berhasil mengikutimu sejauh ini. Pendaki gunung selalu
bilang puncak adalah pilihan dan rumah adalah kewajiban. Dan dalam perjalanan
hidup, menjadikanmu rumah adalah hal yang patut diperjuangkan. Jangan khawatir,
pendaki akan berhenti dan kembali turun hanya jika tau dia akan mati. Aku
bersyukur mengenalmu.
Selamat siang kamu, yang duduk menunggu tamu datang
dari jauh. Tak terasa kita berteman 3 bulan dari saat kita bertemu. Dengan baju
seadanya dibungkus almamater, kamu jadi pusat semestaku hari itu. jangan bilang
berlebihan, untukmu, aku cenderung berfikiran di luar batas. Jangan lupa itu.
hari itu kutegaskan untuk jadi teman baikmu. Berusaha untuk selalu ada walau
realisasinya ditutupi rasa takut dan malu. Tapi setidaknya ku coba untuk
sekedar tau keadaanmu. Mulai saat itu, aku mengorbit padamu. Hingga akhirnya
aku putuskan ingin memberitahumu lewat cara aneh yang kupelajari dari SMA,
sulap. sulap adalah bentuk nyata dari abstraksi dunia. Memunculkan yang tidak
ada, melakukan yang tidak mungkin. Tapi setiap pesulap punya pesan yang ingin
disampaikan. Dan hari itu, aku rasa kita semua tau apa yang pesulap amatir itu
ingin sampaikan. Aku bersyukur mengenalmu.
Selamat malam kamu, yang duduk lelah di kasur lelah
dengan semua tugas akhir ini. Yang tak tahu ingin menulis apa dimana. Hidup ini
persimpangan bukan? setiap orang yang kita temui, setiap momen yang kita alami.
Kita yang memilih jalan ini hari ini, jalani saja dan lakukan yang terbaik. Tuhan
tak pernah melihat usaha hambanya yang sungguh-sungguh bukan? Aku bicara
seperti orang yang normal yang berfikir jernih tapi untukmu, aku cenderung
berfikiran diluar batas. dan aku bersyukur mengenalmu.
Sekarang aku paham rasanya jadi Sapardi yang bikin
puisi “aku ingin” dan “nokturno”. Begitu ingin cinta sederhana yang ternyata
memang rumit. Depresi tapi tak berhenti dan menyerah. Tapi kamu tidak lupa kan,
untukmu, aku cenderung berfikiran diluar batas. Jangan khawatir, aku masih
dibelakangmu. Masih mengorbit padamu. Berusaha mengejar ketertinggalan sejauh
apapun itu hingga tangan dapat menjangkau pundakmu. Terimakasih untukmu yang
membuatku selama ini berjalan melampaui batasku sendiri. aku selalu berdoa untuk
kesehatan dan kesuksesanmu, Selalu. Disetiap detik rotasi, disetiap laju revolusi. Hingga
semesta ini berhenti.
No comments:
Post a Comment