Sore ini hujan pertama sejak
berminggu-minggu lalu, seperti rasa yang ditahan dan dilepaskan seketika.
Dingin malam ini menusuk, seperti rindu yang tak tahu harus diapakan. Tapi
tenang, malam ini aku punya bayanganmu. Hari ini ada kebingungan yang tak nyata
tapi terasa utuh alurnya. Tujuanya kebingungan ini jelas, tak seperti monalisa
yang punya banyak arti. Jalur kebingunan ini jelas dan terarah tertuju pada
satu nama, kamu. .
Rasanya hujan sudah akrab
dengan bumi-Nya akhir-akhir ini. Awalnya malu seperti tak mau tau, namun
sesekali datang menyapa menanyakan kabar lewat mendung dan akhirnya mengucapkan
salam lewat tetesan pertamanya kebumi. Mungkin ia merasa nyaman hingga akhirnya
selalu datang setiap hari untuk menyapa bumi. Syahdunya bukan main, sore itu di
teras rumah dengan secangkir teh hangat kuhabiskan tiap tetes hujan dengan
penuh arti. Tapi ada yang muncul di sela sore itu. Datang seperti orang yang
menyela antrean, kamu datang tiba-tiba paling depan. Ini rindu yang tidak
perlu, tapi kutunggu..
Siapa kamu berani datang
menggangguku, bahkan mengenalmu saja aku tidak. Ingin rasanya mengatakan itu
tapi kembali itu bukan inginku. Inginku damai bersamamu, atau bayangmu. Ada
sesuatu yang tak seharusnya dilakukan, Rindu. Tak bisa dikatakan tak bertuan. Sudah
dikatakan di awal dan tak berbeda arahnya. Karena pada dasarnya kamu adalah
tujuanya. Seperti yang dikatakan aron Ralston, aku terus bergerak
kearah ini sejak aku dilahirkan. Setiap nafas yang kuambil, setiap tindakanku,
mengarahkanku kesini. Dan yang aku harap, dengan arah yang sama. Nafas yang
seirama, menuntunmu kesini. Kehadapanku suatu saat nanti.
No comments:
Post a Comment