Monday, November 10, 2014

Kamu Disana

Sore ini hujan pertama sejak berminggu-minggu lalu, seperti rasa yang ditahan dan dilepaskan seketika. Dingin malam ini menusuk, seperti rindu yang tak tahu harus diapakan. Tapi tenang, malam ini aku punya bayanganmu. Hari ini ada kebingungan yang tak nyata tapi terasa utuh alurnya. Tujuanya kebingungan ini jelas, tak seperti monalisa yang punya banyak arti. Jalur kebingunan ini jelas dan terarah tertuju pada satu nama, kamu. .

Rasanya hujan sudah akrab dengan bumi-Nya akhir-akhir ini. Awalnya malu seperti tak mau tau, namun sesekali datang menyapa menanyakan kabar lewat mendung dan akhirnya mengucapkan salam lewat tetesan pertamanya kebumi. Mungkin ia merasa nyaman hingga akhirnya selalu datang setiap hari untuk menyapa bumi. Syahdunya bukan main, sore itu di teras rumah dengan secangkir teh hangat kuhabiskan tiap tetes hujan dengan penuh arti. Tapi ada yang muncul di sela sore itu. Datang seperti orang yang menyela antrean, kamu datang tiba-tiba paling depan. Ini rindu yang tidak perlu, tapi kutunggu..


Siapa kamu berani datang menggangguku, bahkan mengenalmu saja aku tidak. Ingin rasanya mengatakan itu tapi kembali itu bukan inginku. Inginku damai bersamamu, atau bayangmu. Ada sesuatu yang tak seharusnya dilakukan, Rindu. Tak bisa dikatakan tak bertuan. Sudah dikatakan di awal dan tak berbeda arahnya. Karena pada dasarnya kamu adalah tujuanya. Seperti yang dikatakan aron Ralston, aku terus bergerak kearah ini sejak aku dilahirkan. Setiap nafas yang kuambil, setiap tindakanku, mengarahkanku kesini. Dan yang aku harap, dengan arah yang sama. Nafas yang seirama, menuntunmu kesini. Kehadapanku suatu saat nanti. 

No comments:

Post a Comment