Sunday, November 16, 2014

Membunuh Waktu Lagi

Berjalan membunuh waktu lagi, begitu kira-kira yang pecinta alam selalu bilang, “jangan bunuh apapun kecuali waktu”. Dan hari itu sudah gua bunuh 3 hari untuk terbitnya matahari entah yang keberapa kali. Orang bilang “datanglah kesikunir dan lihat bagaimana matahari menyapamu”. Sayangnya, gua gak kesana. Untungnya, gua gak kesana. lelaki sejati membuat keberuntunganya sendiri . dieng dan prau jadi keberuntungan yang udah gua pilih hari itu. tapi jangan salah pengorbanan yang dilakukan untuk membuat keberuntungan sendiri itu terkadang mahal harganya hingga harapan terkadang dipertaruhkan. Ketika tau harapan itu pergi ke puncak lain dan kita memilih puncak yang lain juga. Tapi jangan khawatir, kita sama-sama mendaki dan akan sampai kepuncak, melihat matahari dan langit yang sama. buat gua pribadi, itu keberuntungan yang udah gua buat, seengaknya masih bisa kita menarik nafas yang seirama di Bumi-Nya. Dan buat gua itu cukup.

Banyak orang yang ngirim ucapan selamat lewat karangan bunga hanya untuk menjalin relasi, makan direstoran mahal biar ingin-nya didengarkan, di sisi lain gua masih bisa menyapa orang sembarangan dan langsung akrab di base camp pendakian. Karena percayalah, manusia itu sendiri sudah memiliki budi yang luhur, tinggal kepentingan apa dan siapa terkadang yang merusak hubungan sesama kita. Banyak yang nanya kenapa hobi naik gunung padahal nanjak terus, jawabanya simple, gua Cuma cinta sama pemandanganya dan sapardi pernah bilang “mencintai gunung harus harus menjadi terjal”. Naik gunung itu contoh paling simple buat perjalanan hidup, ketika gua capek berusaha naik, Gua bangga dan puas. At least sama diri gua sendiri yang udah pengen nangis  gak kuat pengen turun. Tapi ini masalah pilihan, dan gua memilih puncak sebagai klimaks gua. Di gunung ga perlu green board sama jalan aspal, kita cuma perlu ngikutin jejak yang udah ditinggalin pendaki lain lewat jalan setapak. Dan itu cukup buat nganterin kita kerumah..


Perjalanan itu emang bikin capek, tapi itulah perjalanan. Kalo gak mau capek maka berhentilah berjalan kawan, tapi kau akan ditinggalkan. Berjalanlah tak perlu terlalu cepat, karena puncak akan selalu disitu sampai kiamat, berjalanlah dan terus mendekat, pada puncak, pada tujuan hidup. Karena ketika berjalan, kita menemukan batu yang mengajarkan kita apa itu kedewasaan, kita menemukan air yang mengajarkan arti menerima kekalahan, dan menemukan semua guru-guru kehidupan, alam. Dan untuk kamu yang menjadi tujuan hidup, ada yang menunggu disini, menunggu kita seirama dalam perjalanan ini, untuk sampai dipuncak bersama sama dan menikmati matahari pagi kota ini, desa ini, gunung ini, dan hidup ini..

untuk kalian yang sedang berjalan dalam hidup. dari dieng pagi itu.. 

No comments:

Post a Comment