Hari ini biasa saja, bunga melati
masih mekar pagi ini dari kuncupnya semalam. Sedikit mendung, mungkin matahari
masih malu-malu membongkar awan yang nanti siang akan menjadi hujan. Aku masih
disini. Selangkah dibelakangmu, selalu. Setidaknya sampai saat ini begitu. Masih
mengukir langkah yang terseok-seok mengejar bayanganmu. Mungkin sia-sia, tapi
aku suka. Kamu bilang “kita tak punya mesin waktu untuk kembali ke masa lalu.” Ya,
tapi kan kita masih punya mentari esok pagi, kita masih punya melati yang
mungkin tak berbunga seperti kemarin, tapi setidaknya dia masih hidup dan
menyiapkan bunganya esok lusa. Tapi hidup mungkin tak semestinya se-optimis itu
bukan?
Haha.. itu perang argumentasi di
otakku pagi ini, dan mungkin akan ku-ulangi esok hari. Hari ini berangkat
kuliah itu seperti biasa. Tak ada yang unik, dijalanan hanya ada serangkaian
rutinitas daun kering yang turun ke jalan, tanah basah yang meninggalkan jejak,
dan angin yang berhembus sewajarnya. Hingga tiba di sana dan sejenak berhenti
memilih kursi. Aku memilih duduk disebelahmu dengan menyisakan satu bangku
kosong sebagai pembatas antara kita. Seperti melati yang ingin mekar pagi itu,
aku gembira sekaligus malu.
Sampai lagi di hari ketika mimpi
mengganggu hari. Jangan terlalu dipikirkan, benar mimpi itu bunga tidur. Ingin kusampaikan
itu dengan dewasa. Aku tak melakukan apa-apa, atau mungkin malah kulakukan
semuanya. Temanku bilang “jika bertanya tentang keindahan surga maka
bertanyalah pada orang-orang yang sampai ke ranu kumbolo dan kembali lagi.” Memang,
ranu kumbolo mungkin setetes dari keindahan surga yang dilemparkan ke bumi. Tapi
hari itu, aku pergi meninggalkan ranu kumbolo dengan satu nama di setiap
langkah sampai berakhir tanjakan yang tinggi itu. Dan aku bersyukur kepada
Tuhan yang menyampaikan satu dari ratusan langkah untukmu itu lewat sepotong
kenangan tadi malam.
Dan esok hari bergegaslah
menyambut hari menembus batas-batas diri, karena saat melati itu mekar kembali,
aku akan maju selangkah duduk di sampingmu lagi, berbicara tentang semua mimpi-mimpi
esok hari.
“Karena kamu seperti pagi yang akan menjadi selalu-ku..”
No comments:
Post a Comment