Sore ini hujan turun tidak
terlalu deras namun pasti. Sedikit demi sedikit mengikis pasir yang sudah
tipis. Tak ada yang menganggu kala itu kecuali kamu yang perlahan memberontak
keluar dari otak. Aku hanya berjalan diluar rumah tanpa satu alasan yang jelas,
bingung rasanya padahal hanya gerimis tapi mengapa membuatku basah kuyup. Tak
kupedulikan dan kuteruskan jalan, menghabiskan waktu, menghabiskan kamu..
Dalam langkahku datang bualan
yang ternyata hanya angan-angan. Mimpi yang kupatok terlalu tinggi yang
akhirnya tak bisa kugapai sendiri. Sedikit
demi sedikit gerimis ini membuat kabut tipis mengikis. Jalan menjadi terang
namun basah saat aku mengenang kisah. Kisah indah yang kubangun yang kini rasanya sudah menjadi sampah.
Seperti yang Soe Hok Gie bilang
pada puisinya. “akhirnya kita tiba pada suatu hari yang biasa”. Ya, akhirnya
aku dan kamu tiba pada suatu hari yang biasa. Rasaku tapi masih luar biasa.
Menggebu-gebu untukmu saat itu, dan hingga kini. Aku mengukir kayu hati ini sudah
lama, tapi sepertinya salah saat kamu ku jadikan arah. kamu adalah pagi yang
akan menjadi selaluku. Ketika kamu menolak untuk terbit, maka itulah malamku,
dan malam itu akan kuhabiskan untuk tidur dan menunggu matahari esok hari.
No comments:
Post a Comment