Thursday, March 5, 2015

Mundurlah, dan berhenti

selamat pagi kamu yang selalu berada di singgahsana pikiranku. Rasanya tiap hari aku memohon agar kamu turun dari situ tapi rasanya menyuruhmu turun dari singgahsana itu seperti melawan arus air di sungai. Rasanya? Melelahkan. Hingga aku harus kembali berdamai membiarkanmu lama-lama dihatiku. Akibatnya? Fatal. Berada di posisi aneh yang bahkan menyapamu saja tak mampu. Bukan karena pengecut, hanya saja tak ingin melihat kamu sakit hati. Aku berusaha dewasa menanggapi mimpi tentangmu yang datang di malam buta. Mimpi itu hanya bunga tidur. Begitukah? Atau mimpi itu hasil rekaman dalam otak kita yang di ejawantahkan dalam bentuk abstrak dan hampir tidak mungkin? Di mimpi kita bisa terbang, sayang. dan jika di mimpiku ada kamu, maka sah sah saja jika kamu adalah pikiranku hari ini yang ku ejawantahkan dalam bentuk abstrak. Karena di mimpi, aku mampu melihatmu dari dekat dan ada senyum kecil yang kau lepaskan untukku. Yah mungkin itu bentuk abstraknya. Ya, aku mencari kesibukan lain. Tapi percayalah, muara dari kesibukanku adalah senyummu.

Hari ini pagi rasanya indah, tapi sayangnya fana. Rerumputan tinggi itu mulai merunduk karena embun. Bangunan itu akan runtuh jika tetap dibiarkan seperti itu. Aku akan berjalan kembali seperti biasa mencari sebuah rutinitas yang akan membantuku sejenak menurunkanmu dari titik teratas skala prioritasku. Mundurlah, dan berhenti. Mungkin itu akan membuatku hilang tapi berfikir realistis untuk saat ini. Mundurlah, dan berhenti. Hingga kamu turun perlahan. Mundurlah, dan berhenti. Mengejar ketidakpastian yang terus berjalan stagnan. Mundurlah, dan berhenti. Untuk sejenak memikirkan masa depan kita masing-masing. Ya, masing-masing. Karena rasanya tak akan ada kehadiranku dalam masa depanmu. Maka indahkanlah harimu selalu.


Selamat pagi sayangku…..

No comments:

Post a Comment