selamat pagi kamu yang selalu
berada di singgahsana pikiranku. Rasanya tiap hari aku memohon agar kamu turun
dari situ tapi rasanya menyuruhmu turun dari singgahsana itu seperti melawan
arus air di sungai. Rasanya? Melelahkan. Hingga aku harus kembali berdamai
membiarkanmu lama-lama dihatiku. Akibatnya? Fatal. Berada di posisi aneh yang
bahkan menyapamu saja tak mampu. Bukan karena pengecut, hanya saja tak ingin
melihat kamu sakit hati. Aku berusaha dewasa menanggapi mimpi tentangmu yang
datang di malam buta. Mimpi itu hanya bunga tidur. Begitukah? Atau mimpi itu hasil
rekaman dalam otak kita yang di ejawantahkan dalam bentuk abstrak dan hampir
tidak mungkin? Di mimpi kita bisa terbang, sayang. dan jika di mimpiku ada
kamu, maka sah sah saja jika kamu adalah pikiranku hari ini yang ku
ejawantahkan dalam bentuk abstrak. Karena di mimpi, aku mampu melihatmu dari
dekat dan ada senyum kecil yang kau lepaskan untukku. Yah mungkin itu bentuk
abstraknya. Ya, aku mencari kesibukan lain. Tapi percayalah, muara dari
kesibukanku adalah senyummu.
Hari ini pagi rasanya indah, tapi
sayangnya fana. Rerumputan tinggi itu mulai merunduk karena embun. Bangunan itu
akan runtuh jika tetap dibiarkan seperti itu. Aku akan berjalan kembali seperti
biasa mencari sebuah rutinitas yang akan membantuku sejenak menurunkanmu dari
titik teratas skala prioritasku. Mundurlah, dan berhenti. Mungkin itu akan
membuatku hilang tapi berfikir realistis untuk saat ini. Mundurlah, dan
berhenti. Hingga kamu turun perlahan. Mundurlah, dan berhenti. Mengejar ketidakpastian
yang terus berjalan stagnan. Mundurlah, dan berhenti. Untuk sejenak memikirkan
masa depan kita masing-masing. Ya, masing-masing. Karena rasanya tak akan ada
kehadiranku dalam masa depanmu. Maka indahkanlah harimu selalu.
Selamat pagi sayangku…..
No comments:
Post a Comment