Waktu itu relatif. Terimakasih untuk
Albert Einstein yang bekerja seumur hidupnya untuk membuktikan itu. Waktu itu
relatif, bisa memanjang, bisa melambat, yang pasti tak bisa kembali, karena itu
waktu menjadi musuh utama mereka yang punya urusan dengan masa lalunya. Waktu
dan kamu itu dua variabel yang sayangnya nggak
bisa ditinjau dari teori apapun. Waktu dan kamu itu dua variabel yang
gabisa di teliti eksistensinya karena untuk mengingatnya saja, jujur aku
enggan. Tapi suatu hari nanti, aku ingin membuat waktu dan kamu sebagai dua
buah variabel terikat, Waktu bersamamu.
Ketika bicara aku, kamu, dan waktu,
singkatnya aku sebut itu “dulu”. Kita bertemu sesaat di simpang perjalanan hidup. Aku harus
katakan aku tidak menyesal bertemu kamu hari itu, karena sampai saat ini kamu
alasan aku memilih jalan di persimpangan itu yang membawa aku sampai di hari
ini. Kamu alasan kenapa aku punya semangat untuk cepat sukses, kamu alasan
kenapa aku ingin lambat mengulang masa lalu. Lihat apa yang kamu dan waktu
perbuat padaku. Merusak? kurasa tidak, kamu hanya bocah kecil yang kuat dan tak
ingin di jaga yang akan menggoreskan pensil warnanya dalam buku gambar hidupku.
Dulu
kita sering berbagi. Dulu kita dekat, sedekat kening dan sajadah disaat sujud.
Tapi sekarang kita sejauh perjalanan mendaki argopuro. 110 kilometer, mungkin
lebih. Aku ingin kita dekat seperti dulu. Tapi aku lupa, waktu itu relatif,
bisa memanjang, bisa melambat, tapi tak bisa kembali. Mungkin aku akan larut
dalam penyesalan dan keinginanku itu. Atau kuambil jalan lain dan tak
menyia-nyiakan inginku, inginku akan ku ubah menjadi angan. Mimpi yang akan
kuraih meski harus berjalan 110 kilometer. Tak apa, yang paling penting aku
punya tujuan, aku punya akhir dari perjalananku, Kamu.
No comments:
Post a Comment